Thursday, April 21, 2011
Pria (hampir) hebat dan perempuan normatif
Ternyata, koleris (saya) itu ada
Semenjak masuk BEM, gw akui waktu gue bener2 terkuras. Tapi itu sebanding sama banyak hal yang gw dapatkan.
Teman? Jelas
Sahabat? Ya
Keluarga? Tepat!
Jujur, gw merasa mereka adalah milik gue, mereka itu punya gue, mereka adalah orang2 yg gw sayang dan gw lindungi, mereka adalah keluarga2 gue yg menyenangkan dan begitupun sebaliknya.
Gw disayang dan dilindungi mereka. Gw dianggap saudara.
Gw senang karena gw mendapatkan banyak sahabat, terutama yg laki-laki, untuk bisa berbagi semuanya. Jujur, gw tidak punya sahabat laki-laki dan kadang bingung harus bertindak seperti apa. Oke gw punya, tapi sekarang kita sibuk dengan aktifitas masing2. Dengan sahabat, gw berbagi semua cerita, berbagi kasih dan sayang. Bisa dibilang, gw manja. Gw merasa, sekali lagi,memiliki mereka. Gue memiliki waktu mereka, meskipun tidak sepenuhnya.
Tapi di suatu titik gue sadar, bahwa. Gw tidak boleh tenggelam dalam euforia itu.
Karena,disaat ada kabar yang menggembirakan buat mereka, tidak seharusnya gw kecewa. Oke gw gembira. Sekali malah. Tapi, tidak sepenuhnya mereka adalah milik gue. Hmm karena keanehan dan mungkin kekolerisan gue (yg ternyata ada) akhirnya membuat kebahagiaan ini jadi buyar.
Ini emang paradoks, dan aneh.
Tapi pernah kebayang rasanya ketika suasana disekitar lo rame dan banyak orang, tapi lo ngerasa sendirian?
Seperti itulah kira-kira keanehan gue baru ini.
Dan gue jg gak ngerti kenapa.
Disonansi
Pkl. 17.20
Disonansi adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dan membuat seorang membuat suatu usaha untuk mengurangi ketidaknyamanan itu.
Disonansi = galau?
Kalau mau dibilang begitu, silahkan.
Entah kenapa ada yg aneh dengan gue akhir-akhir ini. Dibilang galau? Tidak juga. Dibilang tidak nyaman, hmm. Sepertinya itu diksi tepat utk menggantikan label “galau” yg sepertinya punya konotasi negatif.
Yang jelas, yg gw pelajari adalah, seyogyanya kita sbg manusia tidak boleh men-deny sesuatu, apalagi yg namanya perasaan. Kalau memang sudah ada, kenapa harus dihindari?
Well, itu berkaitan dengan prinsip, man!Dan gw sangat visioner, melihat kalau kedepannya gak bakal terjadi deh ini
Hidup emg mesti punya prinsip sih, tapi kalau dgn prinsip lo itu menyusahkan hidup lo sendiri? Menutupi kesempatan yg dtg buat lo, gmn?
Gak selamanya hidup selalu diatur dengan prinsip. Ada hal-hal yg seharusnya lo biarkan santai kayak di pantai; slow kayak di pulau. Ya gak?
Capek juga loh men deny sesuatu. Honestly.
Hmm. Tapi yaudahlah ya, i’m done.
Saya sudah selesai. Bisa dibilang, saya menyerah dengan keadaan. Pengecut? Terserah apa kata mu lah, persetan.