Ya, selama 8 hari yang lalu, mulai dari tanggal 12-20 Juli 2010, saya pergi liburan ke Jogjakarta. Selama 8 hari tersebut, saya bersama beberapa teman pergi ke tempat-tempat wisata seperti Candi Borobudur, Ketep Pass, Pantai sekitar Wonosari, Keraton, dan lain-lain
Saya jadi ingat, ada salah satu hari dimana saya "ngepar" (istilah untuk orang yang datang ke pesta orang lain tanpa diundang) ke pernikahan temannya budenya si Laras. Karena mendadak, maka saya tidak mempersiapkan baju/dress yang cukup baik untuk ke kondangan tersebut. Malah, saya memakai dress sunny yang lebih cocok dipakai ke pantai. Huhuuhu gapapa deh yang penting datang (meskipun ngepar) hehehe. Resepsi pernikahan tersebut diselenggarkan di Grha Saba, UGM. Dan ternyata, yang menikah adalah putra dari pejabat tinggi dari Bank Indonesia Jogjakarta. Sehingga tidak heran, ditengah-tengah acara, Sri Sultan Hamengkubuwono X serta Kanjeng Ratu Hemas turut mengahdiri resepsi tersebut. Ketika saya masuk didalamnya, waw.
Semua nya serba adat Jawa. Gamelan live jawa, ada penari jawa, keraton disana sini, makanan juga jawa, yah pokoknya semuanya bener-bener Jawa banget. Ya ampun, ini pernikahan yang saya idam-idamkan kalau saya sudah dewasa nanti hehe. Saya sempat berfoto dengan salah satu pagar bagus (orang-orang yang membuat barisan untuk jalan bagi para tamu yang ingin memberikan ucapan selamat)yang ganteng. Beginilah,
Selain itu, saya juga menyempatkan diri untuk menghadiri 15th Yogyakarta Gamelan Festival, bersama Laras, Arga, dan Andre. Kebanyakan, partisipan dalam YGF ini adalah bule-bule dari luar negeri dan bermain dengan sangat indah. Saya bingung, kaget, dan menganga ketika menontonnya. Bahkan orang asing pun lebih fasih, ahli, dan tertarik dengan gamelan kita. Saya salut terhadap mereka, dan hal terebut memacu saya untuk bisa lebih concern lagi terhadap budaya saya sendiri.
Yaa, saya sangat tertarik dengan acara ini, karena di SMA saya adalah pemain bonang besar untuk ekstrakulikuler Gamelan Jawa. Tanggal 1 Agustus nanti kami akan mengikuti lomba dan juga festival di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Butuh doa dan dukungan dari teman-teman nih hehehe. Meskipun saya sebennrnya udah pensiun, tapi saya masih membantu grup ini, terutama untuk alat bonang.
Tanggal 20 Juli 2010 adalah hari (seharusnya) terakhir saya di Jogja. Saya dijadwalkan akan terbang ke Jakarta pukul 20.00 dari Bandar Udara Adi Sutjipto. Saya sendirian, karena teman-teman saya sudah kembali ke Jakarta terlebih dahulu. Saya naik maskapai -penerbangan yang sering melakukan promo harga tiket murah. Saya sampai bandara tepat waktu, pukul 19.15 untuk check-in. Lalu, senangnya, saya mendapat goodbye surprise dari kedua teman saya, Laras dan Andre, yang datang dan mengantar kepergian saya ke bandara. Saya speechless dan akhirnya berpelukan erat dengan mereka :')
Akhirnya, saya masuk kedalam bandara, membeli airport tax, dan dengan manisnya menunggu kedatangan pesawat saya di Jogja. Namun beberapa menit kemudian, saya mendengar pengumuman bahwa pesawat tersebut mengalami delay 1 jam. Akhirnya, saya (dengan tidak tau malu) menelpon kembali Laras dan Andre supaya menemani saya di bandara. Untungnya, karena mereka baik, mereka pun kemudian kembali ke bandara untuk menemani saya sampai satu jam kedepan. Terimakasih Laras dan PATinkin!
Selama saya menunggu, saya bertanya-tanya kepada para petugas security mengapa pesawat tersebut delay. Lalu petugas tersebut mengatakan, "ban nya ada yang pecah dek, jadinya sekarang mereka muter-muter diatas untuk bisa emergency landed."
Oh.
Jadi pesawat yang akan saya naiki ban nya pecah.
Saya diam dan, baiklah.
Akhirnya, pesawat tersebut dapat mendarat di Jogja pukul 21.30. Ya ampun lama sekali, bukan? Setelah itu, orang-orang sudah berkerumun di depan gate 4 Bandara dan menanyakan kepastian keberangkatan pesawat tersebut, begitu juga saya. Ada salah satu petugas yang memberitahu bahwa pesawat sedang diperbaiki dan akan selesai pk. 22.00. Namun, ia juga memberikan pilihan, bagi mereka yang hari ini lelah dan tidak ingin terbang karena sudah larut malam, maka disediakan penerbangan untuk keesokan harinya, pukul 12.45, tentunya dengan maskapai yang sama. Saya menelpon ayah saya untuk meminta kepastian beliau, dan Ayah bilang lebih baik saya pulang malam itu juga, karena keesokan harinya saya tidak ada yang jemput
Namun sayang.
Tak lama setelah itu, pilot dari pesawat tersebut masuk ke gate 4, dan menyatakan pesawat tidak bisa dipakai. Tidak ada penerbangan untuk hari itu, alias dicancel. Penerbangan akan dilakukan keesokan harinya, Rabu, 21 Juli 2010 pk 12.45. Sebagai kompensasi, kami mendapatkan hotel dan akomodasi. Tentunya banyak orang protes dan emosi, terutama bagi mereka yang mempunyai jadwal penting keesokan harinya.
Ya, dengan berbagai macam tetek bengek lainnya yang harus saya urus ketika akan masuk ke dalam hotel, kira-kira 1 jam lamanya (saya dalam keadaan belum makan, capek, mengantuk, dan sendirian), saya akhirnya masuk bis dan diantar ke hotel bersama dengan penumpang pesawat lain yang malang ini. Kami mendapat University Hotel di sekitar bandara, breakfast keesokan harinya, serta akomodasi untuk ke bandara. Saya capek namun saya tidak tidur. Saya malah menelpon teman-teman saya karena saya sendirian.
Begitulah, hari yang seharusnya menjadi hari terakhir saya di Jogja.
Keesokan harinya, saya pun naik pesawat ke Jakarta. Tidak, kali ini tidak delay. Kalau sampai delay lagi, saya bersumpah tidak akan terbang dengan maskapai tersebut. Saya sampai di Jakarta pukul 14.15. Saya menunggu bis Damri yang kali ini lama juga, dan macet, dan sampai di terminal Rawamangun pukul 16.30. Saya sudah dijemput teman saya, Prika, Tate, dan Leo untuk mengantarkan saya sampai rumah. Terimakasih, kalian baik sekali! Saya akhirnya tiba dirumah, dikamar saya sendiri setelah 3 minggu tidak berada di rumah. Akhirnya
No comments:
Post a Comment